Tradisi kirab Sadranan-nyadran

Tradisi Nyadran: Budaya Jawa Menjelang Bulan Ramadhan

Oleh: Happytour.id

Diperbarui:

Kategori: Seputar Jogja

Tradisi nyadran / Sadranan adalah kegiatan rutin budaya jawa yang dilaksanakan menjelang datang nya bulan ramadhan. Nyadran biasanya dilaksanakan pada hari ke 10 bulan rajab atau ketika tiba nya bulan syaban. Nyadran berasal dari bahasa sansekerta “sraddha” yang artinya keyakinan. Selain itu tradisi nyadran ini juga kerap di sebut sebagai ruwahan karena dilaksanakan ketika bulan ruwah.

Nyadran / sadranan merupakan sebuah tradisi mendoakan leluhur yang sudah meninggal dunia dengan beberapa rangkaian kegiatan kebudayaan lainyya. Tradisi Nyadran berasal dari akulturasi antara budaya Jawa dan ajaran Islam.  Dalam artikel ini HappyTour ingin mengulas lebih dalam megenai tradisi nyadran mulai dari sejarah hingga susunan acara pelaksanaan sadranan.

Potret Kegiatan Sadranan/Nyadran di Jawa

Sejarah Sadranan / Nyadran

Tradisi nyadran ini sudah ada sejak abad ke 15 dimana pada saat itu walisongo menggabungkan tradisi nyadran ini dengan dakwah dengan maksud untuk meyebarkan agama ke mayarakat supaya agama islam dapat di terima dengan baik. Dimana dalam dakwah nya para wali meluruskan kembali maksud dari pemujaan roh arwah yang sudah mendahului kita yang dinilai musrik. Kemudian para wali meluruskan maksud dan tujuan kegiatan nyadran tersebut dengan kegiatan yang tidak menyimpang dari ajaran islam yaitu dengan berdoa, membaca tahlil, dan pembacaan ayat ayat al quran.

Sejarah mencatat bahwa Nyadran merupakan ritual yang dilakukan untuk mengingat dan mendoakan para leluhur. Menurut beberapa sumber, Nyadran merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada Tuhan, sekaligus mendoakan arwah leluhur yang telah mendahului. Dalam konteks ini, masyarakat Jawa percaya bahwa doa dan penghormatan kepada leluhur dapat membawa berkah dan keselamatan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Dalam era modern, di mana nilai-nilai tradisional sering kali tergerus oleh budaya global, penting untuk mempertahankan tradisi seperti Nyadran. Tradisi Nyadran juga sebagai sarana melestarikan kebudayaan jawa dan juga budaya gotong royong dalam lingkungan masyarakat serta mempererat silaturahmi dengan tetangga dan orang orang di sekitar kita untuk saling berbagi dalam rangkaian kembul bujono (dahar kembul). 

Kegiatan nyadran ini biasanya diikuti oleh anak atau cucu yang sudah ditinggal lebih dahulu oleh para leluhurnya. Selain itu kegiatan nyadran ini juga mengingatkan diri kita pada kematian.

Rangkaian Kegiatan Nyadran

Dalam pelaksanaan nya sadranan memiliki runtutan acara dan tradisi. Dan berikut ini adalah urutan penyelenggaraan acara sadranan di Jawa:

  • Besik: besik merupakan kegiatan pembersihan makam leluhur dari berbagai macam kotoran seperti rumput dan tumbuhan lainnya. Kegiatan besik ini dilakukan secara bersama secara gotong royong dengan masyarakat sekitar. 
  • Kirab: kirab adalah arak arak an peserta sadranan menuju tempat acara adat di langsungkan
  • Ujub: Penyampaian maksud dan tujuan acara nyadran yang di pimpin oleh pemangku adat setempat
  • Doa: Pembacaan doa tahlil, ayat ayat alquran serta doa yang di kirimkan untuk para leluhur yang di pimpin oleh pemangku adat dan diikuti oleh semua peserta sadranan
  • Kembul Bujono: Kembul: Setelah acara doa bersama kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama dengan ketentuan setiap keluarga membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa pun harus berupa makanan tradisional seperti ayam ingkung, urap sayur, sambal goreng ati, perkedel, tahu dan tempe bacem dll. Makanan tersebut kemudian dikumpulkan untuk di doakan terlebih dahulu oleh pemangku agama. Setelah itu makanan akan saling di tukar satu sama lain dengan makanan yang di bawa oleh masyarakat lainnya kemudian dimakan dan dinikmati bersama sama dengan bercanda gurau.

Tradisi Nyadran merupakan salah satu warisan budaya yang penting bagi masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadhan. Dengan makna yang dalam, pelaksanaan yang penuh ritual, serta relevansinya dalam kehidupan modern, Nyadran tidak hanya menjadi tradisi, tetapi juga menjadi sarana untuk menjaga hubungan dengan leluhur, memperkuat ikatan sosial, dan melestarikan budaya. Maka dari  itu, penting bagi kita generasi muda untuk mengenal, memahami, dan melestarikan tradisi sadranan agar tetap hidup dan relevan di masa depan. Mari kita lestarikan Tradisi Nyadran sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai.

Pop-up Promo Banner Paket Wisata Happy Tour
Mau Bikin Acara Bukber?
Konsultasi Sekarang